Tak Ada Balasan Darimu, Ibu



Tuhan.
Aku kembali bersujud dihadapan-Mu, kembali memohon dan meminta keajaiban dari-Mu.
Tuhan.
Tiada henti aku mengabdi dan menjalani semua perintah-Mu. Mengalunkan ayat-ayat suci, memohon ridho serta ampunan-Mu.
Tuhan.
Hanya pada-Mu aku memohon. Dan kali ini aku mohon kembalikan letak surgaku. Kembalikan apa yang sudah kau renggut dari kehidupanku.

***

Suasana pagi ini begitu kelam. Terjerat kedukaan, terpenjara kesedihan. Begitu gelap, haru, tanpa daya untuk mengucapkan selamat tinggal. Membalutkan sebuah kata yang bertentangan dari kebahagiaan. Begitu pucat, lemas, serta teriakan kehilangan kini mulai meramaikan kesepian tanpa kehadiran sosok wanita yang begitu ku banggakan.

Ibu, bukankah Tuhan menganugrahkan penglihatan kepadamu? Tidakkah kau syukuri atas apa yang sudah Tuhan berikan untukmu? Bukalah matamu Ibu! Lihatlah aku sebagai anakmu! Cium keningku dan ucapkan kata sayang untukku! Rangkullah tubuh kecilku serta usaplah air mata dipipiku Ibu!

Ibu, bukankah Tuhan menganugrahkan pendengaran kepadamu? Tidakkah kau syukuri atas apa yang sudah Tuhan berikan untukmu? Dengarkan aku Ibu, dengarkan suaraku! Aku berteriak berucap kata Ibu kepadamu. Aku memanggilmu. Aku memanggilmu Ibu. Tolong dengarkan aku! Tolong jangan abaikan semua panggilanku!

Ibu, bukankah Tuhan menganugrahkan suara indah nan merdu kepadamu? Tidakkah kau syukuri atas apa yang sudah Tuhan berikan untukmu? Bicaralah padaku Ibu! Ucapkanlah kata-kata indah dihadapanku! Bernyanyilah, keluarkan suara indahmu! Hiburlah aku! Buatlah aku tertawa! Buatlah aku menjadi anak yang kuat, yang mampu menyanyikan sebuah lagu untukmu Ibu.

Dengarkan aku Ibu, bicaralah. Aku mengharapkan balasan dari semua ucapan kata kepadamu.

Aku disini disampingmu, memelukmu yang hanya terdiam terbaring dihadapanku. Kenapa yang lain? Kenapa bukan Ibu yang kini merangkul pundakku? Ibu, aku menangis! Aku menjerit memanggil namamu! Aku terjatuh, tetapi bukan dipelukanmu. Kenapa hanya diam yang bisa Ibu lakukan? Kenapa hanya kebisuan yang Ibu berikan untukku? Lihatlah aku Ibu! Jangan kau pejamkan mata kasih sayangmu! Tataplah aku! Bangunlah Ibu! Bangun! Ini sudah pagi. Kenapa kau terus tertidur pulas? Alarm itu sudah membangunkan Ibu, terlewat batas dari waktu yang Ibu tentukan. Aku membangunkan Ibu. Bangun bu...

Menderanya sesak dalam dadaku menghampiri kesedihan dalam duduk penantianku. Sendiri, merenung, menanti keajaiban, menanti hadirnya kembali sosok Ibu.

Yang aku tau selama ini kau begitu tegar, begitu kuat, begitu tangguh tanpa kelemahan. Hingga kau mampu mengantarkanku menuju kehidupan yang lebih maju menuju kedewasaanku. Kau mampu sembunyikan letih dihadapanku. Mampu sembunyikan rasa sakit didepan anakmu. Mampu sembunyikan rapuhnya jiwamu diantara keluargamu. Ketegaran dimasa kehidupanmu membuat ku tak percaya atas kepergianmu. Ketangguhan yang kau tunjukkan dimasa tuamu terkelupas habis digantikan ketiadaan. Semuanya hilang, tiada dan tak bisa dikembalikan.

Ya Tuhaaaaaaaaaaaan. Kembalikan Ibu ku, hadirkan nyawa yang utuh dalam tubuh Ibu ku. Tuhan bantulah aku, ridhoi semua usahaku untuk menukarkan sebagian nyawaku untuk Ibu. Untuk menghadirkannya kembali dalam pelukan setiap ku tertidur dan terbangun dari mimpi indahku. Kembalikan Ibu. Kembalikan bagian tulang rusuk yang hilang dari tubuhku. Bangunkan Ibu! Bangunkan!

Aku sudah lemas menangisi Ibu. Pita suaraku terikat kuat tak dapat lagi memanggilmu. Dalam tangis meringis air mataku tidak terbalaskan usapan tangan lembut menghampiri pipiku. Terlantarkan kebisuan, berkutik sedikit tak jua hadir dalam tangisku. Aku mulai bosan membangunkanmu. Kepedulianku terkikis habis dengan kesombonganmu untuk menyapaku.

Aku memandangmu Ibu, tengoklah sedikit kearahku. Semakin lama kenapa Ibu semakin mengacuhkanku? Mengapa hanya Ayah yang memelukku? Mengapa hanya Ayah yang berusaha melenyapkan tangisanku? Ibu kemana? Mengapa diam saja?

Ibu, bukankah dilemarimu dipenuhi baju kesayanganmu, mengapa kau gunakan kain putih itu? Bukalah, gantikan dengan baju yang sudah ku pilihkan untukmu! Ayolah Ibu, serasikan warna bajumu dengan baju yang ku kenakan. Bukalah kain yang menyelimutimu, dan bangun serta sapalah semua orang yang mengelilingi dan melantunkan ayat suci untukmu.

Ibu, adik bertanya kepadaku, “Mengapa Ibu diam saja?”. Lalu apa yang harus ku jawab, sedangkan Ibu juga tak mau membalas ucapanku. Menggerakkan jari telunjuk saja tidak Ibu lakukan, apalagi berbicara kepadaku. Sejak kapan Ibu tak membalas pertanyaanku? Sejak kapan Ibu mengacuhkan anak-anakmu? Pada Ayahpun Ibu menghiraukannya.

Hari sudah terang, tak sedikitpun makanan kau buat untuk mengisi perut kosongku. Ibu benar-benar mengabaikanku. Membiarkanku semakin lemas, mati rasa tanpa balasanmu. Dimana Ibu yang dulu yang selalu menyayangiku disetiap pagi hingga malamku?

Ibu sudah lama terbaring, walaupun sempat terbangun Ibu malah pergi semakin jauh dariku. Hari ini kau benar-benar membisu. Dan tak sempat menyapaku dalam pagi yang kelam membisu.

Apa Ibu benar-benar lemas? Apa Ibu diserang kelumpuhan? Untuk berjalan pun Ibu harus tertidur di tempat berbesi dalam pangkuan pundak orang-orang terdekatmu. Apa Ibu tak mau melihat lagi indahnya dunia? Sehingga Ibu harus berjalan dengan ditutupkannya kain hijau bertuliskan ayat suci Al-Qur’an dan dibalutkan bunga-bunga wangi diatas tempat berbesi itu.

Ibu, bukankah aku selalu berada disampingmu disaat kita berjalan? Mengapa Ayah dan Ibu berjalan didepan meninggalkanku? Apa Ibu sudah rela untuk kehilanganku? Sehingga Ibu tak lagi menggenggam tanganku? Mengapa orang-orang mengangkatmu? Mengapa Ibu tidak berjalan saja? Bukankah Ibu kuat? Ibu selalu tangguh, tidak lemas dan tak lelah disetiap tatapanku. Mengapa kali ini Ibu benar-benar berubah?

Kita berhenti Ibu, langkahku terhenti tepat disampingmu. Tapi mengapa harus disini? Ini tempat peristirahatan terakhir bagi makhluk ciptaan Tuhan bukan? Kenapa harus terhenti disini? Ibu tidak akan pergi kesana kan? Tidak. Ini hanya mimpi dipagi hari. Ini tidak nyata.

Ibu, bangun! Cepat pergi dari sini! Ikuti aku! Ini bukan rumah Ibu! Ini bukan kamarmu!

Ibu, mengapa aku semakin sulit untuk menggapaimu? Mengapa Ibu semakin jauh dari kehidupanku? Aku tidak bisa lagi memelukmu. Aku hanya seorang diri. Aku tidak lagi disampingmu. Ibu bangunlah.... Jangan cepat menyerah, hindari tanah merah itu!

Ibu dengarkan aku.....
Dekaplah aku Ibu.....
Peluklah tubuh kecilku.....
Genggamlah tangan yang melekat memeluk tubuhmu.....
Bangunlah.....
Berikan ku kesempatan untuk bernyanyi bersamamu.....
Berikan waktu kepadaku untuk mengucap kata maaf dalam sujudku dihadapanmu.....
Ibu aku merindukanmu.....
Aku sayang Ibu.....
Jangan tinggalkan aku.....
Temui aku.....
Temui disetiap mimpi malamku.....
I LOVE YOU IBU.....

Comments

Instagram