Malam Ini
Aku rindu memandangnya, memeluknya dan menggenggam
tangannya. Aku merindukan tingkah lakuku yang terjadi bersamanya. Memang tidak
ada hubungan spesial yang bisa ku gunakan dalam statusku bersamanya, namun aku
mengingat kembali semua rencana dimasa lampau untuk kehidupan selanjutnya.
Aku disini berteriak berkata yang hanya berucapkan kata
rindu. Aku berbisik padanya dan berucap dengan kehangatan dan bersuarakan kata
rindu. Namun bisikan itu terlalu lemah tanpa nada yang pada akhirnya tak bisa dirasakan
dan didengarkan olehnya.
Benar-benar tak bisa ku tahan, semuanya yang terjadi malam
ini begitu membakar berkecamuk dalam hati dan pikiranku. Lagi-lagi aku mulai
merasakan rindu ini, setelah sekian lama ku buang jauh semua perasaan yang
tertuju kepadanya.
Goresan tinta ini mewakilkan semua perasaanku, bertuliskan kata RINDU dan sedikit hiasan lalu disisipkan sebuah nama yang tak lagi asing untuk ku dengarkan walaupun sudah berlalu.
Semuanya
berkecamuk (lagi), kembali bertentangan dengan berjuta pertanyaan. Ya, hati dan
pikiranku.
“Apa harus ku ungkapkan semua perasaan
ini padanya?”
Aku
tidak bisa menjawab melainkan ku berikan kembali pertanyaan pada hatiku.
“Apa kau siap menerima pengabaian?”
Tak
ada satupun kalimat yang bisa menjawab pertanyaan itu. Lalu pikiranku kembali
bertanya.
“Apa kau siap menyimpan rasa rindu tanpa
kesedihan?”
Pikiranku
berontak dengan keras.
“Lupakan dia!”
Lalu
hati kembali bertanya.
“Apa kau siap menerima yang lain? Apa
kau sanggup melupakannya secepat kau berikan pertanyaan itu?”
Bibir
yang hanya terdiam mendengarkan hati dan pikiran ini lalu menegaskan mereka.
“Apa kau (hati) siap menerima
pengabaian? Apa kau (pikiran) bisa menghapuskan rasa rindu?”
Tanpa
usaha semua akan sia-sia. Tanpa keberanian semua akan berakhir dengan
ketiadaan.
“Lalu bagaimana dengan rasa rinduku?
Apakah kau akan membiarkanku dengan sia-sia, yang hingga pada akhirnya rasa
rinduku berakhir dengan ketiadaan yang menyakitkan?”
Aku
tak pandai merangkai kata didepannya. Tak berani berkutik apalagi mengungkapkan.
Aku hanya seorang penulis, bukan penyiar. Yang hanya duduk dibelakang lalu
orang lain yang menyampaikan.
Maafkan
aku...
Aku
hanya seorang penulis yang hanya bisa mengungkapkan perasaannya dalam sebuah
kalimat bertuliskan kata rindu. Berharap kau bisa mengetahuinya meski tak ku
cantumkan nama dirimu dalam akhir kalimatku.
Comments
Post a Comment