Ya, Ini Salahku
Aku berhenti menangis setelah aku mendengar semua perkataan
yang dia tuliskan. Aku berhenti merasakan sakit setelah dia memutuskan apa yang
sudah aku harapkan. Aku tetap menjadi aku, sebelum aku berusaha mengejar kata
indahnya yang dia berikan lewat rangkaian lirik lagu ciptaannya.
***
Dia datang menghampiri tetapi bukan untukku lagi. Aku
berjalan menghampirinya lalu tak sedikitpun dia menoleh ke arahku. Aku tertawa
gila dibuatnya. Tertawa dengan air mata, menangis dengan senyuman. Hah itu
hanya kemunafikkan.
Lagi-lagi hujan turun tepat dihadapanku. Dikala itupun aku
mengingat kenangan manis disaat duduk didekatnya. Tak ada yang bisa dielakkan,
kebahagiaan itu hadir disela-sela keraguanku. Tanpa kemunafikkan, tanganku
bergetar menemani detakan hati yang tertahan.
Sekarang..
Tidak ada kedekatan, tidak ada kebersamaan, dan tidak ada
yang bisa dikatakan kenangan. Semuanya berubah disaat aku dan dia yang tidak
lagi menjadi kita.
***
Ya
semua usaha ku hanya bagaikan asap polusi yang tiada guna baginya. Semua
menyalahkanku, begitu juga sahabatku “Ini salahmu”. Dan aku akui “Ini salahku”.
Mengecawakanmu itu yang aku lakukan. Menghiraukanmu setiap hari ku berikan. Dan
semua usaha untuk mencintaimu itu yang selalu aku lakukan, disaat semua janji
yang ku berikan untukmu “Aku kan datang untukmu”.
Aku
berusaha dan kau tau semua itu. Disaat aku berani berkata “Ya” ku ungkapkan
semuanya, menawarkan cinta memberikan rasa. Namun, kata “Tidak” kini menoleh
membalik ke arahku. Kau mendorongku terjatuh ketika ku mencoba berdiri tepat
dihadapanmu. Dan kau sedikit menarikku dengan sebuah rangkaian kata “But in my
heart you’re always there”. Dan kembali kau menjatuhkan ku ke dalam jurang yang
hingga saat ini tak ingin lagi kau temukan.
Aku
menangis. Merasakan kekecewaan yang pernah ku buat untukmu. Pengabaianmu aku
terima atas apa yang sudah ku lakukan padamu.
Maafkan aku....
Maafkan
aku yang masih berharap kebenaran dari sebuah rangkaian kata “But in my heart
you’re always there”.
Comments
Post a Comment