Selanjutnya Apa yang Akan Ku Rasakan?
Seorang wanita yang
tidak mudah jatuh cinta tetapi mudah patah hati, itulah aku. Aku yang pada
akhirnya mencintai seseorang yang ternyata lebih mudah membuatku patah hati.
Aku yang sempat melabuhkan hati kepadanya dulu. Sesakit apapun berkali-kali ku
buka hatiku untuknya. Tidak peduli betapa sakitnya kenyataan, hanya saja aku
tidak ingin membakar kebahagiaan yang akan berakhir menjadi puing-puing
kehancuran.
Jika kau menutupnya sekali, maka itu rasa terima
kasih. Jika kau membukanya lagi, maka itu perasaan berlarut-larut. Jika kau
membukanya dua kali, maka itu kesedihan. Jika kau membukanya tiga kali, itu
sakit. Setelah membukanya lagi dan lagi, akhirnya menjadi compang-camping.
Itulah bagaimana hati menjadi robek. Saat sudah
robek, kau cukup berurusan dengan hal itu sampai mati rasa.
-Oh Ri On: Kill Me Heal Me-
Tak ku hitung berapa banyak waktu yang ku luangkan
untuk membukanya, ketika rasa terima kasih ku menjadi perasaan
berlarut-larut yang kemudian kesedihanlah yang ku alami hingga berakhir dengan
rasa sakit yang mendalam, itu yang ku rasakan dan yang selalu ku ingat selama
ini. Pada akhirnya aku tidak tau bagaimana jalan ceritaku saat itu untuk
menghadapi rasa sakit yang kemudian berakhir dengan perasaan yang entah harus
ku buat jalan cerita apa untuk selanjutnya.
Aku tidak pernah
membenci itu meski kesedihan masa lalu yang terus ku ingat. Aku tidak pernah
mengakhirinya hanya saja tidak ku buat lagi jalan cerita bersamanya yang pada
akhirnya tidak sesuai dengan jalan yang ditakdirkan Tuhan.
“Oh Ri On, aku
sudah berkali-kali membukanya hingga mengalami sakit dalam jiwaku. Ah entahlah,
aku berpikir untuk mengabaikan rasa sakitku dulu. Sekarang aku hanya ingin
memulainya lagi, lagi dan lagi. Ya aku mulai benar-benar mengharapkannya. Aku
sudah mengalami hal yang begitu sakit, tetapi aku tidak peduli karena sekarang
akan ku buka lagi dan itu membuatku bahagia. Oh Ri On, apakah kau tau apa yang
akan kurasakan selanjutnya ketika sudah mengalami rasa sakit dan sekarang ku
buka lagi? Apakah rasa sakit yang akan berlarut-larut, ah tidak, bukankah
setelah mengalami rasa sakit akan muncul kebahagiaan?”
Sesaat waktu ku sempat terombang-ambing dengan apa
yang harus ku lakukan. Cinta pada saat itu masih ku tutupi untuknya hanya saja
hatiku membiarkan raganya berkeliaran semaunya.
Dengan berani dan ku pastikan hatiku terbuka
untuknya yang ku biarkan membuat pikiranku seakan-akan terus mengharapkannya
selalu ada untukku. Hingga pada akhirnya rasa keinginanku untuk memilikinya
lagi.
Aku
terlalu banyak berkhayal, terlalu sering membuat jalan cerita sesukaku setiap
akan mengakhiri malam sepiku. Malam yang seakan-akan aku berada disampingnya.
Malam dengan berjuta alur cerita yang terus menghanyutkanku menuju kebahagiaan.
Setiap
malam ku buat sedemikian indahnya cerita bersama seseorang yang ku anggap
begitu berharga. Seperi sutradara mengatur alur cerita semenarik mungkin. Hanya
saja keegoisanku membuat alur cerita yang hanya membuatku bahagia.
Aku
terbuai, terlalu bermimpi seakan itu terjadi. Apa yang terjadi sesungguhnya,
jalan ceritaku tak satupun menjadi jalan ceritanya.
Entah
apa yang terjadi padaku sehingga terus dibodohi. Ah tidak, tepatnya aku mudah
dibohongi. Setiap perkataannya selalu ku artikan sesukaku, ku anggap sedemikian
arti yang bahkan membuatku lebih bahagia dibandingkan jalan cerita yang ku
buat.
Aku
terlalu senang menganggap perkataannya bagaikan ungkapan cinta. Apa yang
terjadi sesungguhnya, pengertianku bukanlah pengertian yang dimaksud olehnya.
Haruskah
aku terus berkata ‘ini yang terakhir kali’ disaat aku tersadar bahwa aku tidak
pernah mengakhirinya. Entah sesering apa aku harus menangis, sehingga harus ku
korbankan air mata ku untuk menghilangkan rasa sakit itu (lagi).
Comments
Post a Comment