Ketika Aku dan Bagaimana Bisa Kau
Ketika ku berdiri, aku berharap kau
mengulurkan tangan dan menemani ku berjalan tidak sendirian.
Aku terlalu banyak berharap tentang
adanya keberadaanmu disisiku.
Kepada-Nya aku selalu meminta dan
berharap Tuhan sedikit membuatmu menoleh untuk menatapku.
Ketika aku menunggumu
aku berharap kau benar-benar akan menjemputku. Menunggumu berjam-jam, berdiri
melihat layar kaca berharap datangnya balasan darimu. Aku sempat terduduk lalu
berdiri menoleh ke kanan dan ke kiri, hanya untuk menunggu hadirnya dirimu.
Ketika ku kirimkan pesan untukmu, ku
tunggu dan berharap kau membalas pesan dariku. Ketika kau menjawab, aku tak perlu menunggu sepuluh
detik untuk membalasnya. Tak ada yang mengahalangi semangat ku untuk
segera membalas pesan darimu.
Ketika ku berjalan tepat disampingmu, ku
coba mengulurkan tangan dan ku
genggam tanganmu. Sehingga terlalu dingin ketika tanganku akan
menyentuhmu.
Ketika aku menatapmu, aku tak membutuhkan start ataupun
finish. Sebanyak waktu yang ku punya dalam hidupku aku terus menatapmu lebih
lama dari ketika kau menatapku.
Ketika aku memanggilmu, aku seperti membutuhkan
microphone agar kau mau berbalik ke arahku, menyempatkan waktu luangmu untuk
menanyakan “kenapa kau memanggilku?”
Ketika aku berada di sekitar
teman-temanmu aku
beranikan diri untuk menyapa. Tidak hanya sekedar menyapa, bukan hanya
sekedar mengeluarkan suara, melainkan sebuah harapan kau kan membalas sapaanku.
Ketika aku berjalan bersamamu, aku berharap kau ada
disampingku.
Bagaimana bisa dengan mudahnya kau membiarkan ku sendiri berada di
belakangmu, sedangkan kau berdua didepanku bersama yang lain.
Bagaimana bisa kau membiarkan ku berbicara sendiri sedangkan
kau sibuk berbicara dengan yang lain tanpa pedulikan aku yang saat itu menyapamu.
Bagaimana bisa ketika aku berteriak
memanggilmu, dengan tenangnya
kau mengajak berbicara yang lain dan mengabaikanku. Sedangkan aku yang
lebih dulu memanggilmu menerima pengabaian. Seolah-olah aku membisu dan tak
pernah bersuara untuk mengucapkan namamu.
Bagaimana bisa kau membuang muka begitu saja dihadapanku. Tanpa
menunggu 5 detik kau palingkan wajahmu dari tatapanku.
Bagaimana bisa kau tepiskan tanganku ketika ku mencoba genggam
tanganmu tepat dihadapan teman-temanmu.
Bagaimana bisa kau membiarkan ku seharian menunggu balasan darimu.
Membiarkanku untuk terus menatap layar kaca hanya untuk mengetahui keadaanmu.
Bagaimana bisa kau membiarkan ku duduk dan berdiri sendirian.
Menunggumu berjam-jam tanpa adanya kabar.
Bagaimana bisa ketika kaki ku mulai
terserang kelumpuhan bahkan layuh untuk ku berjalan dengan mudahnya kau menyuruhku untuk pulang.
Ketika aku memiliki sisa-sisa waktu
dalam hidupku, sebagian dari itu aku pergunakan hanya untuk mengetahui
tentangmu.
*bersambung*
Comments
Post a Comment